Rabu, 07 Maret 2012

MOTIVASI KARIR MAHASISWA


MOTIVASI KARIR MAHASISWA
PGSD FKIP UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Oleh :
Ahmad Yasluh

ABSTRAK


Karakteristik mahasiswa PGSD FKIP Universitas Palangka Raya tidak menggambarkan  input yang diharapkan. Sering kali peneliti menemukan mahasiswa memiliki kemampuan dasar yang tidak standar,  minat belajar yang rendah, sering tidak hadir pada pertemuan tatap muka dengan dosen, mengejakan tugas ala kadarnya dan sebagainya. Begitu pula setelah mereka dinyatakan lulus dan diwisuda. Sebagian lulusan enggan  menjalankan tugas sebagai guru, dengan alasan penempatan jauh di pedalaman, atau di tempat terpencil. Penelitian ini akan menjawab pertanyaanBagaimana kecenderungan motivasi karir mahasiswa Program S1 PGSD FIKP Universitas Palangka Raya angkatan tahun 2008/2009
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, digunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan tes motivasi karir sebagai teknik pengumpulan data. Tes motivasi karir dilakukan  terhadap 135 orang mahasiswa PGSD FKIP Universitas Palangka Raya  angkatan tahun 2008/2009,  yang terdiri dati 49 orang dari UPP Induk, dan 43 orang dari UPP 1 dan 43 orang dari UPP 2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel total, mengingat jumlah populasi yang relatif kecil.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 41% (54 orang)  ternyata motivasi mereka terhadap 7 bidang karir yang diteliti rendah dan 59% (79 orang)  responden memiliki motivasi karir yang tinggi. Responden yang memiliki motivasi karir  yang relevan dengan profesi guru hanya 48 % dari seluruh populasi.
.
Kata Kunci : Motivasi Karir



Pendahuluan
Upaya rekruitmen calon mahasiswa baru program S1 PGSD dilakukan melalui kerjasama lintas instansi terkait. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga keseim-bangan antara kebutuhan tenaga guru di daerah dengan kemampuan pemerintah mengangkat lulusan menjadi guru sekolah dasar dengan status Pegawai negeri Sipil. Di samping itu untuk menjaga kualitas lulusan, FKIP sebagai lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan (LPTK) menyelenggarakan seleksi secara ketat. Seleksi ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa calon mahasiswa yang akan mengikuti pendidikan pada program ini merupakan calon yang cocok untuk dididik menjadi guru sekolah dasar. Yang menguasai dasar-dasar keilmuan yang standard untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi. Dengan demikian setelah mendapatkan perlakuan yang memadai dalam proses pendidikan di Program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar mereka diharapkan dapat menguasai kompetensi keguruan yang menjadi syarat utama bagi seseorang untuk memangku jabatan guru. Semakin baik kualitas input yang akan dididik di Program S1 PGSD, maka harapan untuk menghasilkan out put bermutu akan semakin jelas.
Namun dari hasil pantauan peneliti, karakteristik mahasiswa tidak meng-gambarkan input yang diharapkan. Masih terdapat fenomena yang menunjukkan bahwa kualitas input mahasiswa Program S1 PGSD tidak seperti yang diharapkan. Sering kali peneliti menemukan mahasiswa memiliki kemam-puan dasar yang tidak standar,  minat belajar yang rendah, sering tidak hadir pada pertemuan tatap muka dengan dosen, mengejakan tugas ala kadarnya dan sebagainya. Begitu pula setelah mereka dinyatakan lulus dan diwisuda. Sebagian lulusan enggan  menjalankan tugas sebagai guru, dengan alasan penempatan jauh di pedalaman, atau di tempat terpencil.
Fenomena tersebut menimbulkan pertanyaan-pertanyaan di benak peneliti. Sebenarnya apa motivasi utama yang mendorong calon mahasiswa tersebut mengikuti pendidikan pada program S1 PGSD. Benarkah mereka ingin menjadi  guru sekolah dasar.  Apakah ada motivasi lain yang mendorong mereka mengikuti pendidikan di program S1 PGSD. Bagaimana kecenderungan motivasi karir mahasiswa Program S1 PGSD FKIP Universitas Palangka Raya. Apakah pilihan mereka masuk program ini sudah sesuai dengan motivasi karirnya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian ini.
Penelitian ini akan menjawab pertanyaanBagaimana kecenderungan motivasi karir mahasiswa Program S1 PGSD FIKP Universitas Palangka Raya angkatan tahun 2008/2009

Metode Penelitian
Untuk mencari jawaban atas pertanyaan tersebut, digunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan tes motivasi karir sebagai teknik pengumpulan data. Tes motivasi karir dilakukan  terhadap 135 orang mahasiswa PGSD FKIP Universitas Palangka Raya  angkatan tahun 2008/2009,  yang terdiri dati 49 orang dari UPP Induk, 43 orang dari UPP 1, dan 43 orang dari UPP 2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel total, mengingat jumlah populasi yang relatif kecil.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 41% (54 orang)  ternyata motivasi responden terhadap 7 bidang karir yang diteliti rendah dan 59% (79 orang)  responden memiliki motivasi karir yang tinggi, seperti tergambar pada grafik di bawah ini.


Dari kelompok responden yang bermotivasi tinggi ini ternyata dapat diklasifikasikan kembali menjadi sub kelompok yang memiliki pilihan karir tunggal 30 orang atau 23% dari total responden yang memiliki tingkat motivasi karir tinggi, sub kelompok yang memiliki pilihan karir ganda 18 orang atau 12% dari total responden yang memiliki tingkat motivasi karir tinggi, dan yang memiliki multi pilihan karir 31 orang atau  24% dari total responden yang memiliki tingkat motivasi karir tinggi. Untuk memperjelas uraian tersebut, peneliti paparkan dalam bentuk grafik sebagai berikut.

Dari 30 responden yang memiliki pilihan karir tunggal, yang pilihan karirnya relevan dengan  profesi guru (bidang sosial) sebanyak 19 orang  (hanya 61 % dari jumlah respoden yang memiliki pilihan karir tunggal). Frekuensi  tersebut sama dengan 14 % dari seluruh populasi. Dari  18 orang atau  12 % dari populasi yang tergolong memiliki motivasi pilihan karir ganda, ternyata 78 % kelompok responden yang memiliki pilihan karir ganda (14 orang) menunjukkan pilihan karir yang relevan dengan profesi guru. Frekuensi tersebut sama dengan  11 % dari seluruh populasi. Seluruh responden yang memiliki multi pilihan karir 31 orang (23 % dari total populasi) menunjukkan kecenderungan memiliki motivasi karir yang sesuai dengan  jabatan guru. Jadi jumlah responden yang memiliki motivasi tinggi di bidang karir yang relevan dengan profesi guru (bidang social) adalah 48 % dari total populasi.


Kesimpulan dan saran
 Dari hasil pembahasan terhadap fakta-fakta hasil penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Mahasiswa PGSD angkatan tahun 2008/2009 yang memiliki motivasi tinggi terhadap karir sebagai guru hanya 48 % dari total populasi.
2.      Empat puluh satu persen tidak jelas arah motivasi karirnya, dan sisanya (11 %) memiliki motivasi karir tinggi, namun tidak relevan dengan karir sebagai guru.
Bertolak dari temuan tersebut disarankan kepada Pimpinan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan hendaknya mempertimbangkan penerapan psikotes, khususnya  item tes motivasi karir,  pada seleksi  calon  mahasiswa  baru, baik pada  Program Studi PGSD maupun  pada program studi yang lain di lingkungan FKIP; mengaktifkan  kembali lembaga layanan konseling bagi mahasiswa, khususnya bagi  mahasiswa FKIP Universitas Palangka Raya, karena lembaga tersebut sangat membantu mahasiswa da-lam memecahkan masalah-masalahnya. Termasuk di dalamnya masalah ketidakse-suaian pengambilan jurusan dengan motivasi karirnya, menyelenggarakan workshop bagi dosen pengampu mata kuliah Profesi Keguruan untuk memasukkan kegiatan pengembangan motivasi karir di bidang keguruan ke dalam struktur silabi mata kuliah Profesi Keguruan.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2002), Antara LSM, Rakyat Miskin dan “ Clean Goverment”, Adil, Tabloit Berita Mingguan, No. 03 Tahun ke-71, 24 November 2002.
Barret, Jim, & Geoff Williams, Tes Your Own Aptitude, (Terjem. Tito Ananta Darwin-Rasyid), Gaya Media Pratama, Jakarta.
Dewa Ketut Sukardi, Drs, (1988), Bimbingan dan Konseling, Bina Aksara, Jakarta.
Gnagney, William J., (1981), Motivating Classroom Discipline, Macmillan Publishing Co. Inc., New York.
Munandir, Prof, DR., (1996), Program Bimbingan karir di Sekolah, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik, Direkktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Usman Effendi, Drs. E. Dan Drs. Juhana S. Praja, (1985), Pengantar Psikologi, Angkasa, Bandung.




Selasa, 07 Juli 2009

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Bagian 1)

Oleh : Ahmad Yasluh
A. Pendahuluan
Akhir-akhir ini ada kecenderungan para peneliti pendidikan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas. Apa penelitian kelas itu? Apa bedanya pendlitian tindakan kelas dengan jenis penelitian pendidikan yang lain? Pemahaman atas pertanyaan ini penting dikuasai oleh para guru agar pelaksanaan penelitian yang dilaksanakannya mempunyai arah yang jelas.
Jenis penelitian pendidikan dapat dikelompokkan menurut bidang, tujuan metode, tingkat eksplanasi, dan waktunya. Ditinjau dari segi bidang kajian yang diteliti, penelitian pendidikan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu penelitian akademis, penelitian profesional, dan penelitian institusional. Ditinjau dari segi tujuan penelitian pendidikan dapat dipilah menjadi 2 jenis, yaitu penelitian murni, dan penelitian terapan. Ditinjau dari segi tingkat eksplanasinya, penelitian pendidikan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu penelitian deskriptif, penelitian komparatif, dan penelitian asosiatif. Ditinjau dari segi waktu pelaksanaannya, penelitian pendidikan dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu penelitian cros sectional, dan penelitian longitudinal. Ditinjau dari segi metode yang digunakan, penelitian pendidikan dapat dibedakan menjadi 9 jenis, yaitu survey, expostfacto, eksperimen, naturalistic, policy research, evaluation research, action research, sejarah, dan research and development.
Dari uraian di atas Anda dapat menemukan bahwa salah satu metode penelitian pendidikan adalah penelitian action research. Action research atau sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan Penelitian Tindakan Kelas, merupakan suatu proses penelitian yang menekankan tujuan penelitian pada peningkatan atau pengembangn kondisi-kondisi obyek penelitian. Ciiri khusus yang lain yang dapat Anda gunakan untuk mengidentifikasi apakah suatu penelitian merupakan penelitian tindakan adalah :
1. Proses penelitian dilaksanakan melalui refleksi diri;
2. Dalam penelitian tindakan obyek penelitian dan peneliti terlibat dalam situasi yang diteliti;
3. Penelitian tindakan dilaksanakan dalam situasi sosial, termasuk di dalamnya situasi pendidikan.
Penelitian jenis ini dapat dilaksanakan untuk mengkaji masalah belajar siswa, masalah pengembangan profesionalisme guru, masalah manajemen kelas, masalah strategi pembelajaran, masalah pengembangan sikap siswa, masalah penggunaan media dan sumber belajar dalam proses pembelajaran, masalah sistem assesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran, masalah kurikulum, dan lain sebagainya.
Masalah-masalah sebagaimana diutarakan di atas dapat terjadi secara bersamaan. Mungkin juga hanya sebagian dari masalah itu yang belum tampak, tetapi kemungkinan masalah itu akan muncul di kemudian hari. Permasalahan tersebut ada yang terjadi di lingkup sekolah, ada pula yang terjadi hanya di lingkup kelas. Masalah yang terjadi di lingkup sekolah misalnya, bagaimana mereduksi kebiasaan peserta didik membolos ketika hari pasaran, bagaimana meningkatkan minat peserta didik dalam mengikuti kegiatan ekstra kurikuler, bagaimana meningkatkan minat peserta didik membaca di perpustakaan sekolah, dan sebagainya. Permasalahan yang terjadi di lingkup kelas, misalnya bagaimana meningkatkan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran, bagaimana mengubah sikap peserta didik terhadap mata pelajaran tertentu, dan lain sebagainya.
Jika Anda meneliti masalah-masalah yang terjadi dalam lingkup kelas, maka Anda melakukan penelitian tindakan kelas. Artinya, Anda melakukan penelitian tindakan untuk mengkaji masalah yang terjadi di dalam kelas Anda. Jadi penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu bentuk penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru sendiri dengan tujuan untuk memperbaiki atau mengikatkan kualitas proses pembelajaran.
Tujuan penelitian tindakan kelas secara umum adalah untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas, dan memperbaiki proses dan hasil pembelajaran. Secara khusus penelitian tindakan kelas bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kemampuan guru dalam menganalisis sumber dan letak kesulitan belajar siswa.
2. Meningkatkan kemampuan guru menerapkan strategi pembelajaran.
3. Meningkatkan kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan sumber belajar.
4. Meningkatkan kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran.
5. meningkatkan motivasi belajar siswa.
6. Mengembangkan sikap siswa terhadap mata pelajaran tertentu.
7. Mengembangkan minat baca siswa.
8. merekonstruksi silabus mata pelajaran.
9. Mengembangkan sistem assesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran.
10. Mengembangkan pengelolaan proses pembelajaran.
B. Menentukan masalah penelitian.
Lihat bagian 2 ..........................

Rabu, 13 Mei 2009

MERANCANG TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan pembelajaran merupakan komonen pembelajaran yang sangat penting. Anda tidak akan dapat menentukan apakan proses pembelajaran yang Anda laksanakan telah berhasil atau gagal.
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang sangat penting dicermati oleh setiap guru dalam merencanakan proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan alat yang berfungsi untuk memandu Anda agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar kompetensi lulusan mata pelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan tolok ukur keberhasilan Anda melaksanakan proses pembelajaran.
Berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tujuan umum mata pelajaran disebut Standar Kompetensi lulusan Mata Pelajaran, yang pencapaiannya harus diusahakan secara berjenjang. Untuk mencapai standar kompetensi lulusan mata pelajaran ini guru harus mencapai tujuan-tujuan terminal yang di dalam permendiknas tadi disebut dengan standar kompetensi. Jadi untuk mencapai standar kompetensi lulusan mata pelajaran guru harus membimbing peserta didiknya untuk menguasai beberapa standar kompetensi yang dipersyaratkan. Demikian juga halnya jika Anda ingin memandu peserta didik untuk mencapai standar kompetensi tertentu, Anda harus memandu siswa agar mereka menguasai beberapa kompetensi dasar yang dipersyaratkan.
Sebagai contoh perhatikan salah satu standar kompetensi pada mata pelajaran IPS SD kelas IV semester 1.
Standar Kompetensi :
Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/ kota dan propinsi.
Salah satu kompetensi dasar yang menggambarkan penguasaan standar kompetensi tersebut adalah sbb:
Kompetensi Dasar
Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat(kabupaten/kota dan propinsi)
Sebelum mengembangkan rumusan kompetesi dasar tersebut menjadi tujuan pembelajaran, Anda perlu mengembangkan pertanyaan sebagai berikut:
1. Keragaman suku bangsa dan budaya di mana?
2. Ada berapa macam suku bangsa di daerah itu?
3. Ada berapa jenis budaya yang berkembang di daerah itu?
4. Apa indikator yang dapat kita amati bahwa seseorang menghargai keragaman suku bangsa?
5. Apa indikator yang dapat kita amati bahwa seseorang menghargai keragaman budaya?